Ada
tiga orang bersaudara.
Ketiganya
masih berusia sangat muda.
Si
sulung anak lelaki berusia 10 tahun.
Lalu
si tengah, gadis kecil berusia 7 tahun.
Dan
si bungsu, jagoan berusia 5 tahun.
Suatu
hari sepulang sekolah, di rumah opungnya (Kakek dan Nenek).
Mereka
hendak bermain ular tangga.
Mengisi
waktu luangnya setelah berbenah sepulang sekolah dan menunggu saat mereka
kembali ke rumah orang tuanya. Saat si Ibu pulang dari tempat dia bekerja.
Mereka
pun pergi membeli 1 set alat permainannya, di dekat rumah si opung.
Berbekal
dengan uang yang mereka peroleh dari si opung.
Selain
jarak antara rumah opung dan tempat pembelian tergolong dekat, harga 1 set alat
permainan itu tergolong murah.
Sehingga
sang opung membiarkan mereka membeli mainannya sendiri.
Mereka
pun dengan girangnya tiba di rumah opung dengan 1 set alat permainan ular
tangga.
Mereka
bertiga bermain ular tangga bersama-sama.
Terkadang
si opung atau si tante datang memantau permainan mereka dengan memberikan
sedikit arahan hal peraturan permainan.
Di
tengah permainan sedang berlangsung, ternyata ada seorang pemain yang tidak
puas dengan posisinya.
Pertengkaran
kecil pun pecah di antara mereka bertiga.
Ntah
kebijakan dari siapa, 2 orang di antara mereka pun memutuskan pergi membeli 1 set
lagi alat permainan yang tergolong murah itu.
Babak
baru dari permainan ular tangga pun dimulai, dengan 2 orang pemain saja.
Ternyata
ceritanya, tak jauh beda dengan permainan pada babak pertama.
Dan,
1 orang dari pemain babak ke dua kembali melakukan kebijakan yang sama dengan
akhir babak pertama.
Alhasil,
ketiga bersaudara itu kini, masing-masing sudah memiliki 1 set permainan ular
tangga.
Sang
Opung Doli (Kakek) melihat mereka bertiga yang kelihatan damai di satu area
yang sama, dengan 1 set alat permainan ular tangga pada masing-masing orang.
Dengan
sedikit keheranan, si Opung Doli pun berkata, “Bagaimana cara kalian memainkan
ketiga (set alat permianan) ular tangga itu jadinya?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar